Apabila ALLOH SWT hendak berbuat baik / melindungi seorang hamba-NYA, maka di bukakan-NYA pintu ZIKIRnya, apabila kelezatan zikirnya telah terasa, maka dibukakan-NYA pintu pendekatan ( taqarrub ) dan diangkat-NYA pula martabatnya dihadapan manusia.
Sesudah itu didudukan-NYA diatas TAUHID ( akidah yg teguh ) dan diangkat-NYA pula tabir ( HIJAB ) sehingga ia mempunyai pandangan tembus ( KASYAF ),
Apabila kemudian dimasukan-NYA kedalam DARUL FARDANIYAH ( alam penuh rahasia ), tersingkaplah dinding JALAL ( kemuliaan ) dan 'AZHMAH ( keagungan )
Apabila tatkala pandangannya menembus ke alam JALAL dan 'AZHMAH maka tinggallah dia tanpa dia, jadilah ia FANA beberapa saat, dan tenggelam dalam menikmati rahasia kebesaran ALLOH SWT dan terus dilindungi-NYA.
3 jalur yang dapat ditempuh oleh seorang sufi, yaitu:
Jalur pertama disebut thoriq ahl al-minnah (jalan golongan yang mendapat anugerah).
Jalur kedua disebut thoriq ashhab al-shidq (jalan golongan yang benar dalam beribadah).
Jalur ketiga Thoriqoh mu'tabaroh ( jalan golongan yang mendapat anugrah dan benar dalam beribadah ) l.
Melalui jalur pertama, seorang sufi meraih derajat Ruhani Nya di hadapan Alloh semata-mata karena karunia-Nya yang di berikan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya, di antara hamba-hamba-Nya.
Sedangkan melalui jalur kedua, seorang sufi meraih derajat ruhani Nya berkat keikhlasan dan kesungguhannya di dalam beribadah kepada Alloh.
Sedangkan melalui Jalur ketiga, seorang Sufi meraih derajat Ruhanu Nya berkat keikhlasan dan karunia Nya pada ALLOH SWT , mengikuti Ha Mim dan Mim Ha dan di hadapan ALLOH Swt.
Derajat Ruhanu itu mengalami pasang surut, ADA dan GOFLAH; namun, setelah mengalami pengumulan yang hebat, seorang SUFI erada di hadapan-Nya untuk kemudian masuk dalam genggaman Tuhan.
Pada situasi ini, seorang SUFI melihat kumiz min al-hikmah (perbendaharaan hikmah) dan tersingkaplah baginya ilmu Alloh, sehingga naiklah horizon pengetahuan wali tersebut dari pengenalan tentang ‘uyub al-nafs (rupa-rupa cacat dirinya) kepada pengetahuan tentang al-shifat wa al-asma (sifat-sifat dan nama-nama Alloh), bahkan tersingkaplah baginya hakikat ilmu Alloh.
Hubungan yang tercipta antara Alloh dengan para Sufi adalah hubungan al-ri’ayah (pemeliharaan), al-mawaddah (cinta kasih), dan al-inayah (pertolongan).
Hubungan istimewa ini diperoleh karena hubungan seorang Sufi telah menyerahkan semua urusannya kepada Alloh, sehingga ia menjadi tanggung jawab-Nya, baik di dunia maupun di akhirat.
Adanya pemeliharaan, cinta kasih, dan pertolongan Allah kepada Sufi sedemikian rupa merupakan manifestasi dari makna al-walayah (kewalian) yang berarti dekat dengan Alloh dan merasakan kehadirannya, hudhur ma’ahu wa bihi (merasakan kehadiran-Nya oleh diri-Nya).
Bertitik tolak pada al-ri’ayah (pemeliharaan), al-mawaddah (cintakasih), dan al-inayah (pertolongan) Alloh kepada para Sufidan orang-orang beriman bersifat ‘ishmah, yakni memiliki sifat keterpeliharaan dari dosa, meskipun ‘ishmah yang dimiliki mereka berbeda. Bagi umumnya orang-orang beriman ‘ishmah berarti terpelihara dari kekufuran dan terus menerus berbuat dosa, sedangkan bagi Sufi, ‘ishmah berarti mahfudz (terjaga) dari kesalahan sesuai dengan derajat, jenjang, dan maqamat mereka.
Mereka mendapatkan ‘ishmah sesuai dengan peringkat derajat Ruhani mereka .tiga peringkat ‘ishmah, yakni‘ishmah al-anbiya (‘ishmah Nabi),‘ishmah al-awliya (‘ishmah para wali),‘ishmah al-’ammah (‘ishmah kaum beriman pada umumnya).
Dalam hadits qudsi, “Alloh berfirman yang artinya: “Para Wali-Ku itu ada dibawah naungan-Ku, tiada yang mengenal mereka dan mendekat kepada seorang wali, kecuali jika Alloh memberikan Taufiq Hidayah Nya”
Subhanallah..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar