Sabtu, 21 Januari 2017

Senja memerah di cakrawala


Memberi warna jingga, merah keemasan seakan membara,terlihat anggun, indah menapaki kaki langit.


Menggoda mata-mata kelana terkagum sembari menahan sakit dan jeritKaulah senjaku.

Yang begitu memberi warna sketsa alamku, memberi hangat dalam relung kalbuku, Kala hati di landa sendu dan pilu yang menderu.

Kau bukan hanya senjaku dibatas langit, kau hadir bak mata air dalam tandusnya gunung, pada setiap bebatuan terjal yang kutapaki meraih langit dalam setiap hembus nafasku menandai tanah basah dengan jejakku.

Dan ketika kau menjadi jingga, dingin tubuh terbalut kabut pun tak pernah terasa menyiksa.

Kau rangkul aku, beri kehangatan selaksa cinta, hanya dengan memandangmu.


Yaa.. seperti hanya dengan senyummu semua tercipta.

Begitu juga ketika kau menjelma mata air, kau sirami raga dan jiwa ini dengan lembut parasmu, kau retas dahagaku menggapai cita ini, hingga kita temukan bahtera yang kita inginkan, kembali kau tersenyum dan semua seakan terwujudkan.

Begitu banyaknya anugerah yang kuasa padamu.


Senja, jingga, merah, hangat, sejuk dan senyum bidadarimu, membuat aku yang hanya ilalang diantara luasnya savanah.


Dan tingginya gunung-gunung menjulang, di bawah langit yg bertaburan kerlip bintang.

Hanya mampu sebagai penanda jejak dan pijakan langkah para pejalan.


Tetaplah menjadi senjaku dengan hangat siluet merah jingga.

Sesejuk mata air yang tak pernah mendatangkan air bak, setenang parasmu yang membuat lidahku keluh, sehangat senyummu yang mampu meredam amarahku menjadi bisu.

Ketika kau kembali jauh dariku,
Akupun kembali bersiap menata hati,
Membaca dan belajar lagi memaknai dirimu,


Saat dimana aku seperti tak mengenalimu lagi,
Laksana pagi yang tak pernah bertemu dan mengenal senja.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar