Bismillah...
Harta itu bukan sesuatu yang buruk dan bukan pula siksa, sebagaimana anggapan sebagian manusia.
Ia bukan ukuran bagi ketinggian derajat pemiliknya, atau tanda akan keutamaan dan kesalehannya, sebagaimana anggapan sebagian yang lainnya.
Akan tetapi ia merupakan nikmat dari Allah yang dengannya Ia menguji pemiliknya, apakah bersyukur??
Ataukahkurir??
Karena itu Alloh menyebut harta dengan "fitnah" yaitu ujian dan cobaan, seperti pengujian api terhadap keaslian emas.
Allah berfirman:
" Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan..."(AL-Anfaal:28).
Karena itu kita dapati harta yg ada di tangan orang mukmin yang baik, sebagai ganjaran Alloh kepadanya, sebagaimana harta yg ada di tangan orang kafir yang jahat sebagai istidraj( memperdayakan)! dan tipu daya baginya.
Allah berfirman :
" Kepada masing-masing golongan, baik golongan ini, maupun golongan itu, Kami berikan bantuan dari kemurahan Tuhan mu, dan kemurahan Tuhanmu tidak dapat di halangi " ( AL-Isra:20).
Allah juga berfirman tentang keterpedayaan orang kafir yang menentang: " Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah di berikan kepada mereka, Kami pun membukakan pintu kesenangan untuk mereka...."( Al -An'aam:44).
Al-Qur'an menolak kelompok mutrafin ( penghambur harta) yang menghalangi risalah samawiyyah. Mereka berprasangka bahwa harta dan anak mereka mampu menghalangi siksa dan kemurkaan Alloh. "Dan mereka berkata, kami lebih banyak mempunyai harta dan anak -anak dari pada kamu dan kami sekali- kali tidak akan di azab.
Katakanlah :" sesungguhnya Tuhanku melapangkan rizqi bagi siapa yang di kehendaki Nya dan menyempitkan bagi siapa yg di kehendakINya, akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.
Dan sekali-kali bukanlah harta dan bukan pula anak-anak kamu yang mendekatkan kamu kepada Kami sedikitpun, tetapi orang-orang yg beriman dan mengerjakan amal yang saleh, mereka itulah yang memperoleh balasan yang berlipat ganda di sebabkan apa yang telah mereka kerjakan, dan mereka aman sentosa di tempat-tempat yg tinggi." ( Saba:35-37).
Al-Qur'an mengemukakan kisah pemilik dua kebun dalam konteks mengingkari dan mengecam, di samping mengungkap keterpedayaan nya.
Hartaku lebih banyak dari pada hartamu dan Pengikut-pengikut ku lebih kuat. Dan dia memasuki kebunnya sedang dia zalim terhadap dirinya sendiri, dia berkata," ia berkata aku kira kebun ini tidak akan binasa selama-lamanya.
Dan aku tidak mengira Hari Kiamat itu akan datang, dan Jika sekiranya aku di kembalikan kepada Tuhanku, pasti aku akan mendapat tempat kembali yang lebih baik dari pada kebun-kebun itu." ( al-Kahfi :34-36).
Al-Qur'an mengingkari manusia yang menjadikan ke lapangan rizqi sebagai tanda kemuliaan dari Allah, dan menjadikan kesempitan rizqi sebagai penghinaan dariNya..
Semoga bermanfaat...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar